February 11, 2013

PERKASA Trip: Bandar Lampung (Pt. 1)

Bermula dari obrolan iseng-iseng di warkop Ponjay tengah malam, Perkasa pun memulai trip pertamanya: Bandar Lampung! Sayang anggotanya tidak lengkap dalam trip kali ini. Aku, Ayuni, dan Nopri berangkat dari Bintaro jam 08.00 hari Rabu (6 Februari 2013). 
Perjalanan yang panjang kami lewati mulai dari naik angkot ke Serpong Plaza (08.52 WIB), naik minibus Arimbi Jaya ke Pelabuhan Merak (11.42 WIB), lalu akhirnya menyeberang ke Pulau Sumatera dengan kapal KM Musthika Kencana (12.28 WIB).



Ini adalah kali pertamaku (dan mungkin Ayuni & Nopri juga) menyeberangi selat dengan menggunakan kapal. Eh, tapi aku sudah pernah ding menyeberangi laut (yang lebih besar daripada selat) ketika mudik ke Tahuna (Sangihe Talaud, Sulawesi Utara), kota kelahiran Papaku. Naik kapal ke Tahuna butuh waktu +/- 12 jam, sedangkan menyeberang ke Sumatera hanya butuh 3-4 jam saja. 



Kapal merapat ke dermaga pada pukul 14.22 WIB. Dari kejauhan, si cantik Menara Siger sudah menyambut kami. Fakhri telah berangkat duluan ke Bandar Lampung minggu lalu dan siap menjemput kami di Pelabuhan Bakauheni. Dia sudah mewanti-wanti kami untuk bersiap melihat pemandangan indah: Menara Siger dari kejauhan.

Dari pelabuhan, kami naik bus menuju kota Bandar Lampung, memakan waktu cukup lama karena bus baru berangkat jika telah dipenuhi penumpang. Begitu tiba di rumah Fakhri hari sudah gelap (20.27 WIB), dan kami memutuskan untuk segera beristirahat setelah beramah-tamah terlebih dahulu dengan keluarganya: Papa, Mama, Kakak, dan Ifa, keponakan Fakhri.

Hari kedua di Bandar Lampung, pukul 11.05 WIB, Fakhri mengajak kami ke Museum Ruwa Jurai yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. Kali ini squad kami bertambah satu orang yaitu Raka yang memang asli domisili Bandar Lampung. Kami bertemu di museum karena Raka dan Debi (pacarnya) membawa mobil, sementara kami berempat naik motor dari rumah Fakhri. Eh, sebelumnya Fakhri juga mengajak Molly, saudaranya yang juga sekelas denganku di kampus STAN, untuk bergabung dengan squad kami. Jadilah hari itu kami bertujuh mengawali petualangan Bandar Lampung Trip di Museum Ruwa Jurai.


Museum Ruwa Jurai yang juga disebut Museum Lampung memiliki banyak koleksi terkait Lampung. Sejak awal memasuki museum kita akan disambut dengan replika Gunung Krakatau yang ditata sedemikian rupa dengan background dan efek lampu sehingga pengunjung bisa melihat bagaimana meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883 yang meluluhlantakkan Telukbetung.
Di bagian depan museum kita bisa melihat meriam dan jangkar kapal yang terdampar ke Lampung akibat letusan Gunung Krakatau tersebut.

Dari Museum Lampung, kami menuju Universitas Negeri Lampung (UNILA) yang tidak jauh lokasinya dari museum. Saat itu waktu menunjukkan pukul 12.11 WIB. Hal menarik yang kami temui, selain mahasiswa-mahasiswanya yang cakep tentu saja :p, adalah rusa yang berada di sebuah hutan buatan di lingkungan kampus UNILA. Sayang rusa-rusa itu kurang terpelihara, nampak dari badannya yang kurus dan bulunya yang kotor. Sayang sekali :(


Dari UNILA, perjalanan keliling kota berlanjut dengan melihat-lihat Taman Hutan Kota (yang ternyata tidak semenarik hasil googling -_-). Karena Mama Fakhri sudah menyiapkan makan siang di rumah, kami bertujuh pun kembali ke rumah untuk santap siang.

Perjalanan kami lanjutkan kembali pada pukul 14.39 WIB setelah mengisi lambung. Kemana? Ke masjid agung-nya Bandar Lampung: Masjid Agung Al-Furqon. Masjid ini dibangun di ketinggian, sehingga dari pelataran masjid kita bisa menikmati pemandangan bundaran kota Bandar Lampung.



Puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke sebuah rumah yang terkenal mistis dan sempat di-shoot untuk acara Mister Tukul. Konon, rumah ini berhantu loh! Hmm, tapi kami datang di siang hari (bodohnya...) sehingga tidak bisa membuktikan kemistisannya. Seperti ini lah bentuk rumah mistis tersebut.


Inilah kami, Perkasa (plus Molly & Debi)! Fakhri, Ayuni, dan Nopri are in charge for riding the bikes, while Raka dan Debi di dalam mobil.


Kami berpisah dengan Raka dan Debi dari rumah mistis ini karena mereka ada schedule lain. Kami berlima pun melanjutkan petualangan, yaitu mencari spot-spot menarik untuk background foto! Huahahaa... Lokasi foto dibawah ini adalah monumen siger mini di tengah kota yang berada di tengah-tengah keramaian lalu lintas. Ya ampun, kalo diingat-ingat lagi betapa tidak-tahu-malu-nya kami berfoto di tengah keramaian seperti itu, ahahahaa~


Pukul 15.26 WIB, foto berikut ini diambil dengan latar belakang Masjid Jami Al-Anwar di Jalan Laksamana Malahayati yang merupakan masjid tertua di Bandar Lampung. Konon bangunan ini didirikan sebelum Gunung Krakatau meletus pada 1883. Bangunan ini dulunya masjid kecil yang dibangun pada 1839 dengan nama Musala Angke yang dibangun dari material bambu. Pada tahun 1888 masjid dibangun kembali dengan bahan yang lebih kokoh dan dinamakan Masjid Jami Al-Anwar.


Wisata Religi tidak berakhir disitu. Pukul 16.12 WIB kami menuju ke Vihara Thay Hin Bio di Jalan Ikan Kakap, Telukbetung, yang adalah vihara tertua di Telukbetung. Vihara Thay Hin Bio memiliki arsitektur yang sangat indah, mirip dari masa kolonial. Vihara Thay Hin Bio didirikan pada tahun 1850, oleh Po Heng. Kami diizinkan masuk ke dalam vihara karena saat itu bukan waktu beribadah umat Buddha, kami bisa melihat altar tempat beribadah juga lilin-lilin yang diproduksi umat vihara dan dijual luas untuk masyarakat umum. Ada lilin yang setinggi 2 meter juga lho!


Puas melihat-lihat sekitar kota Bandar Lampung dan Telukbetung, kami memutuskan untuk melihat sunset dari ketinggian. Setelah sebelumnya mengantar Molly pulang, kami berempat naik gunung dan menuju suatu tempat bernama Puncak Pemancar. Puncak Pemancar ini berada di puncak Gunung Balau, tempat yang strategis untuk melihat pemandangan kota beserta Selat Sunda di kejauhan. WOW! Indah, bukan?



Kami menikmati indahnya langit senja yang berwarna oranye cerah di Puncak Pemancar. Cukup banyak juga pasangan muda-mudi yang berada di situ. Mungkin ini memang spot favorit bagi anak muda Lampung untuk nongkrong, ya :p

Lihat foto berikut ini! Indah bukan? Dengan puluhan kapal yang bersiap merapat ke teluk, pemandangan yang cukup jarang ditemui. Ah, semakin kangen dengan Bandar Lampung...


Perjalanan pulang ke rumah merupakan perjalanan panjang. Apalagi motor Fakhri sempat kehabisan bensin, sehingga harus didorong cukup jauh sebelum akhirnya menemukan pom bensin terdekat. Ahahahaa, ada-ada saja 'halangan' untuk segera beristirahat... :')


Malamnya Fakhri sempat 'memamerkan' pakaian adat Lampung pada kami. Yang dipakai olehku adalah penutup kepala pengantin laki-laki adat Lampung, sedangkan yang dipakai Ayuni adalah penutup kepala biasa untuk pria. Mahkota khas adat Lampung alias "siger" tidak ada karena disimpan oleh keluarganya yang lain. Ah, sayang sekali.


Salah seorang anggota Perkasa akan segera menyusul malam ini. Arga yang berdomisili di Pekanbaru telah berjanji untuk datang ke Lampung dan ikut nge-trip bersama kami. Dia berangkat siang tadi dengan bus, dan akan tiba di Bandar Lampung pukul 03.00 dini hari nanti. Tidak sabar bertemu dengannya! x)

0 testimonial:

Post a Comment