February 13, 2013

PERKASA Trip: Bandar Lampung (Pt. 3)

Sabtu, 9 Februari 2013
Para petualang Bandar Lampung kali ini ketambahan satu lagi personil (cadangan :p), let me introduce him to you, Feridio Juliansah! Feri ini adik tingkat kami di kampus STAN, angkatan 2011 mahasiswa D1 Pajak yang sampai saat ini masih menganggur karena ketidakjelasan penempatan Kementerian Keuangan :( Sosoknya yang ngocol, kocak, dan cepat akrab dengan orang lain membuat kami memutuskan untuk mengajak dia nge-trip hari ini, karena Raka tidak bisa ikut sehingga kami juga sebenarnya kekurangan kendaraan untuk jalan-jalan, hahaha... Maaf ye, Fer :p


First destination adalah Taman Kupu-kupu Gita Persada. Meskipun bangun jam 08.00 pagi, tapi karena menunggu Feri datang, kami berangkat pukul 10.00 dan tiba di tujuan pukul 12.00 siang.

FYI, Bandar Lampung adalah kota terpanas se-Indonesia, menurutku (yang baru menjejaki beberapa kota di tiga pulau Indonesia, sebenarnya :p). Panasnya nggak nyantai! Dijamin langsung gosong kemerah-merahan kalau berani keluar rumah tanpa sunblock dan 'perlindungan' lengkap. Sakitnya bahkan terasa sampai ubun-ubun karena pening kalau terkena panas matahari. Apalagi kalau kita menuju ke jalan lintas Sumatera yang sering dilalui truk-truk besar, debu dan polusi dari knalpotnya itu juga ikut menambah penderitaan :'(

Nah, menuju ke Taman KGP ini, kita memasuki 'dunia' yang berbeda. Asri dan sejuk! Padahal hanya 15 menit jaraknya dari Bandar Lampung. Puji Tuhan, ternyata masih ada tempat yang sejuk di Bandar Lampung ini...

Taman Kupu-kupu Gita Persada didirikan pada tahun 1997 untuk menghindari kepunahan segala jenis kupu-kupu Sumatera akibat penggundulan hutan dan perusakan habitat alami mereka. Dua orang pendiri taman (Anshori Djausal dan Herawati Soekardi) berharap agar taman ini dapat menjadi teladan untuk konservasi kupu-kupu di seluruh dunia. Taman yang terletak di ujung selatan dari Sumatera atau tepatnya berada di kaki Gunung Betung. Sekarang taman ini berisi lebih dari 100 jenis kupu-kupu Sumatera. Harga tiket masuk per orang sebesar Rp15.000,- sepadan dengan kesejukan dan ilmu yang bisa kita peroleh disini.

Terakhir kali aku menaiki Rumah Pohon pas masa pramuka di SMP. Kangen! Tapi Rumah Pohon yang ini terdiri dari tiga tingkat lho, bahkan ada yang empat tingkat! Wow! Yang punya penyakit jantung sebaiknya jangan naik deh, hihihi... Pemandangan indah hutan yang luas akan menyambut kalian di tingkatan teratas nanti :)



Setelah puas tracking menjelajahi hutan dan melihat museum serangga dan kupu-kupu, kami melanjutkan perjalanan dan tiba di Toko Yen-Yen pada pukul 14.23 WIB. Toko ini terletak di Jalan Ikan Kakap No. 86, Telukbetung, tidak jauh dari lokasi vihara yang kami datangi dua hari lalu.

Source: http://efenerr.blogspot.com
Source: http://surakarta.olx.co.id

Kripik Pisang dari Lampung rasa cokelat adalah oleh-oleh makanan favoritku disamping Bolu Meranti-nya Medan. Kripik pisang ini berlumur taburan cokelat sampai pekat, renyah, manis dan nagih. Dengan produk seperti itu memang Kripik Pisang Coklat ini telah menjadi ciri khas dari Bandar Lampung dan mungkin tidak ada di daerah lain. Selain di Toko Yen-Yen, oleh-oleh ini bisa ditemukan di pusat oleh-oleh di daerah Teluk Betung. Di daerah yang mayoritas berdiri bangunan-bangunan tua tersebut banyak berjejer toko makanan ringan. Toko ini semua menjajakan makanan khas Lampung yang bisa dijadikan buah tangan. Tapi Toko Yen-Yen memang yang paling laris pembeli meskipun harganya bukan yang paling murah. Oh iya, selain rasa cokelat, kripik pisang ini juga memiliki varian rasa lain yaitu stroberi, susu, melon, kopi, dan moka. Belum ke Bandar Lampung kalau belum mencicipi kripik pisangnya! ;)
Pukul 14.40 WIB, perut kami sudah berteriak minta diisi. Fakhri mengajak kami semua menikmati bakso di di Bakso Son Haji Sony. Bandar Lampung memang tidak memiliki makanan khas seperti Tinutuan-nya Manado atau Gudeg-nya Jogja. Tapi kalau ke Bandar Lampung, wisatawan akan disarankan makan di Bakso Son Haji Sony ini, rasanya memang luar biasa! Harganya pun murah meriah, berkisar Rp10.000,- hingga Rp15.000,- tapi kita harus banyak bersabar karena rumah makan ini selalu ramai pengunjung!


Petualangan hari itu diakhiri dengan mencari oleh-oleh di Simpur Center, Lorong King, dan Pasar Bambu Kuning yang memang dikenal sebagai pusat penjualan oleh-oleh khas Lampung. Sayangnya aku, yang adalah seorang key chain collector, tidak berhasil menemukan gantungan kunci khas Lampung untuk menambah koleksi :( It's okay lah, setidaknya ada kaos "I Love Lampung" yang cukup menjadi kenang-kenangan dari Bumi Ruwa Jurai ini.

Terima kasih untuk Feri yang sudah memboncengku hari ini! Ayo gantian ke Manado yak, Fer! :)

Minggu, 10 Februari 2013
Time to say goodbye! 
Tidak terasa lima hari sudah kami berada di Bandar Lampung, provinsi paling selatan di Pulau Sumatra. Saatnya kembali ke perantauan dan memulai perkuliahan di semester yang baru!

Papa Fakhri mengantar kami ke Terminal Rajabasa pukul 10.56 WIB untuk naik bis menuju Pelabuhan Bakauheni. Kami tidak langsung menuju pelabuhan, melainkan singgah sebentar ke Menara Siger dengan menggunakan ojek dari pertigaan ke pelabuhan. Pukul 14.45 WIB kami menginjakkan kaki ke pelataran Menara Siger yang berdiri megah di atas Bukit Gamping di Kecamatan Bakauheni, Lampung Selatan. Menara berwarna merah-kuning ini bisa dilihat dengan mata telanjang dari seberang pulau yakni dari Pelabuhan Merak asalkan langit dan udara saat itu jernih tanpa polusi.

Sayang sekali bagian dalam Menara Siger tidak dimanfaatkan menjadi objek wisata sejarah Provinsi Lampung, jadinya menara ini hanya menjadi objek foto saja oleh pengunjung yang datang.* Bagi masyarakat sekitar, Menara Siger bahkan dijadikan tempat berjualan dan tempat nongkrong muda-mudi. Saat itu, ada sekelompok pemuda yang latihan breakdance, aduh!
Sebaiknya pemerintah mengelola Menara Siger dengan lebih baik, yaitu dengan membuat museum di bagian dalam menara sehingga pengunjung bisa mempelajari sejarah dan kebudayaan Provinsi Lampung tanpa harus jauh-jauh ke Museum Ruwa Jurai yang ada di Bandar Lampung. Apalagi mengingat Menara Siger menjadi pintu gerbang bagi orang-orang yang baru menginjakkan kaki di Pulau Sumatera yaitu di Pelabuhan Bakauheni.

Tambahan informasi, di sepanjang jalan di kota Bandar Lampung kita disuguhkan pemandangan jejeran ruko yang berbaris rapi. Lho, apa spesialnya? Nah, istimewanya adalah di setiap bangunan memiliki lambang Mahkota Siger! Ukuran dan warnanya bervariatif memang, tapi tetap eye-catching dan menarik untuk dilihat. Rupanya hal itu merupakan salah satu instruksi pemerintah kepada para pemilik usaha di kota Bandar Lampung demi memperkenalkan Mahkota Siger sebagai ikon Provinsi Lampung kepada wisatawan. Keren, ya? Hmm, Manado punya ikon apa ya...?

Berlatarkan Selat Sunda






Dari Menara Siger ke Pelabuhan Bakauheni kami menggunakan jasa ojek yang sama ketika tadi naik ke menara. Sebenarnya bisa saja berjalan kaki dari menara ke pelabuhan, jaraknya sekitar 30 menit perjalanan. Sedangkan dengan ojek jaraknya hanya 10 menit perjalanan.
Setelah Sholat Ashar dan beristirahat sebentar di mushollah pelabuhan, kami pun naik kapal ferry pada pukul 16.15 WIB. Di dalam kapal, Nopri sekali lagi menjadi korban bulan-bulanan kami! Ketika MC meminta penumpang untuk menyumbangkan satu lagu, kami kompak menyuruh Nopri mengangkat tangan! Jadilah Nopri 'terpaksa' memperdengarkan suara emasnya kepada seluruh penumpang kapal di ruangan VIP yang saat itu sedang penuh-penuhnya. Eh, Nopriyanto Hady Suhanda ini sebenarnya memang artis panggung lho, readers. Hahaha, selamat ya, Nop! ;)




Kapal kami tiba di Pelabuhan Merak pukul 19.15 WIB. Dari pelabuhan, Arga yang kuliah di Universitas Indonesia berpisah dari kami. Dia naik bus Agra Mas menuju Kampung Rambutan untuk kembali ke kosannya di Depok. Sementara aku, Ayuni, Nopri, dan Fakhri naik Arimbi Jaya lagi menuju Serpong, kemudian lanjut naik taksi ke Bintaro. Alhasil, kami tiba di kosan pukul 02.07 WIB dini hari. Capeknya poooooll!

Liburan akhir semester yang sangat menyenangkan, apalagi dilewatkan bersama sahabat-sahabat tersayang! Semoga PERKASA Trip tidak hanya berakhir di Bandar Lampung, tapi juga ke kota-kota asal kami yang lain. Thank you, Bandar Lampung, you're such a beautiful city! See you again!


*Another review about the abandoned Siger Towerhttp://rumah-bagaya.blogspot.com/2013/04/menara-siger-obyek-wisata-yang.html

0 testimonial:

Post a Comment