July 28, 2013

Jelajah Toraja (Part II)

Minggu, 14 Juli 2013. 
Semuanya bangun kesiangan, hahaha.. Padahal rencana awalnya kami ingin bergereja di dekat rumah, kebaktian jam 7 pagi. Apa daya, semuanya bangun jam 7 lewat :') Jelajah Toraja hari kedua pun berlanjut setelah sarapan lezat yang dibuatkan oleh Ibu Bang Adi (ada papeda yang legendaris itu!)

Indahnya Toraja dilihat dari Batutumonga
Destinasi pertama adalah Batutumonga. Batutumonga adalah daerah dataran tinggi di Kab. Toraja dimana kita bisa melihat pemandangan Toraja dari ketinggian! Karena hujan sempat turun beberapa lama, kami memutuskan untuk ngopi-ngopi sejenak di guest house Mentirotiku. Di sinilah kami menemukan selembar brosur tentang objek wisata Toraja yang menginformasikan tentang Loko Mata yang lokasinya tidak begitu jauh. Kami hampir saja melewatkan objek wisata satu ini :(




Ngopi-ngopi asyik di tengah derasnya hujan di restoran Mentirotiku :9
Barang Bukti 3 "Hunting Bule Mission" - at Batutumonga
Pukul 11.22 WITA rombongan kecil kami tiba di Loko Mata. Hujan akhirnya turun kembali setelah sempat reda. Kami pun buru-buru berfoto-foto meski tidak maksimal karena cuaca gerimis dan berkabut.

Barang Bukti 3 "Hunting Bule Mission" - at Loko Mata


Di Loko Mata ini tebing pekuburannya pun unik dan beda dari yang lain karena dindingnya datar dengan lubang-lubang yang letaknya beraturan sehingga dari jauh terlihat seperti memiliki banyak mata persegi. Spot foto strategis pun berhasil kami temukan di tengah hujan rintik-rintik.

Keren kan tebing batunya? :3
 Kembali mengikuti itinerary yang telah tersusun (di otak Bang Adi), begitu turun dari Batutumonga kami menuju ke Kalimbuang Bori, sebuah kompleks megalit yang terletak di Kecamatan Sesean bagian utara Toraja.

Nama aslinya adalah Kalimbuang Bori, tapi sering juga disebut "Bori Parinding". Ketika kita googling tentang "Bori Parinding", artikel yang keluar sebagian besar akan berbahasa inggris. Apakah ini berarti objek wisata kita lebih dikenal di mancanegara daripada di Indonesia sendiri? Semoga tidak... :(


Pukul 12.54 WITA kami tiba di Bori. Menurut cerita dari yg jaga tiket masuk, terdapat 102 batu menhir yang terdiri 24 batu besar, 24 batu sedang dan 54 menhir kecil. Batu menhir ini didirikan untuk menghormati pemuka adat atau keluarga bangsawan yg meninggal. Menhir boleh di dirikan dengan upacara adat terlebih dahulu yaitu upacara tingkat RAPASAN SAPURANDANAN yang berarti pengorbanan kurban setidak nya minimal 24 ekor kerbau. Batu menhir diambil dari gunung atau dari batu-batu yang bertebaran di Tanah Toraja, besar kecilnya ukuran batu disesuaikan dengan permintaan keluarga yg mendakan acara upacara. Tetapi banyak yang mengartikan bahwa semakin tinggi dan besar batu yg didirikan maka semakin tinggi pula derajat kebangsawanan keluarga yg mengadakan upacara adat.


Selain jejeran batu-batu tinggi peninggalan zaman megalitik, di Bori terdapat juga makam2 yang di taruh di dalam pahatan batu. Kalo kita teruskan jalan ke belakang terdapat perkampungan penduduk.
Di objek wisata ini juga ada kuburan bayi berupa sebuah pohon yang bernama Pohon Tarra. Beda dengan orang dewasa yang dimasukkan ke lobang tebing atau goa, bayi yang belum tumbuh gigi dikuburkan dengan dimasukkan ke dalam batang pohon.

Kotak-kotak itu adalah kuburan bayi di Pohon Tarra
Puas menjelajahi Bori, kami pun mengakhiri petualangan Jelajah Toraja karena sudah saatnya kembali ke Rantepao dan berkemas untuk pulang.
Jam 17.53 WITA rombongan kecil kami meninggalkan Rantepao, tapi sebelumnya makan siang (yang kesorean) dulu dan foto-foto bersama keluarga Bang Adi ;D
Ah, cepat sekali waktu berlalu...


Kami pun tiba di Bandara Sultan Hasanuddin setelah menempuh perjalanan 8 jam Toraja-Makassar dan singgah di Warung Madura untuk makan malam (yang sebenarnya).

Berpose di depan Kapal Phinisi di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin

Akhirnya kami menjejakkan kaki di Jakarta pukul 05.46 WIB. Benar-benar liburan yang mengasyikkan! Eh, bukan liburan sebenarnya, tapi "melarikan diri sejenak dari hiruk pikuk Jakarta" *terserah lo deh, Lin*
Dengan lari-lari demi rebutan taksi, kami pun mempersiapkan mental untuk menghadapi hari Senin di ibukota kita tercinta: Jakarta. Halo, PKL! Halo, KPPN Jakarta II! :')

0 testimonial:

Post a Comment