July 21, 2013

Escape To Makassar (2)

Pukul 13.14 tibalah kami di Fort RotterdamFort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.

Langitnya lagi indah-indahnya nih :')
Pada saat Belanda menempati benteng ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.

Di kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.

Museum La Galigo adalah museum pertama yang berdiri di Sulawesi Selatan (Celebes Museum) pada tahun 1938, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda di kota Makassar sebagai ibukota Gouvernment Celebes en Onderhoorigheden (Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Museum ini diberi nama ‘La Galigo’ atas saran seorang seniman, dengan pertimbangan nama ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan. La Galigo adalah salah satu putra Sawerigading Opunna Ware, seorang tokoh masyhur dalam mitologi Bugis, dari perkawinannya dengan WeCudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo. Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di Kerajaan Luwu, pada abad ke-14.


Tata Pameran Museum La Galigo
Pameran tetap di Museum La Galigo disajikan di Gedung No.10 yang terletak di sebelah selatan danGedung No.2 sebelah utara dalam Kompleks Benteng Ujung Pandang. Dari pintu gerbang Benteng, Gedung No.2 terletak di sebelah kiri.

Gedung No.2, pada masa Hindia Belanda, adalah kediaman Laksamana Cornelis Speelman. Setelah Makassar, Speelman masih memimpin beberapa ekspedisi militer, sebelum kembali ke Batavia pada tahun 1677. Pernah menjabat sebagai Presiden Dewan Kotapraja (1678) sebelum akhirnya menduduki jabatan Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1681-1684).
Kapal Phinisi yang terkenal
Ketika kami mengunjungi Fort Rotterdam, saat itu juga diadakan Pameran Benda-benda Pusaka dan Senjata Tajam yang memajang ratusan senjata khas tradisional Sulawesi Selatan dan berbagai benda-benda pusaka.


Sok serius mengamati peta Sulawesi Selatan (dalam hati mengamini dan menghafal letak Wakatobi)




Pukul 14.48 WITA
Museum Karaeng Pattingalloang didirikan pada 1992 dan terletak dalam kawasan Benteng Somba Opu. Nama museum ini diambil daripada nama Karaeng Pattingalloang, yaitu seorang tokoh cendiawan kerajaan Gowa.


Dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 600 m persegi, Museum Karaeng Pattingalloang berdiri kokoh sebagai bangunan dengan konsep rumah panggung dengan gaya atap menarik. Bentuknya sangat khas dengan warna dinding bangunan yang berwarna hijau muda lengkap dengan taman yang asri di halamannya.

Berpose dengan latar Pakaian Adat Khas Suku Toraja dan Bugis
Benda yang unik di sini adalah lukisan Benteng Somba Opu abad ke-15 yang digantung di langit-langit dan bisa dibaca menggunakan cermin yang ada tepat di bawahnya.

Meriam asli di halaman museum dengan roda hasil rekonstruksi
Baruga Somba Opu yang merupakan museum berupa rumah adat Suku Bugis. Sayang objek wisata ini terkesan terlantar karena saat itu dipakai sebagai tempat istirahat para backpacker (terlihat dari ransel-ransel gede dan kompor kecil yang dipakai masak mie instan) atau anak muda setempat yang sekalian berteduh dari hujan rintik-rintik.


Baik Baruga Somba Opu maupun Museum Karaeng Pattingalloang terletak di dalam kawasan Benteng Somba Opu. Sayang sekali, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya sehingga kami tidak sempat menyambangi benteng dan objek wisata lain di kawasan ini.

Akhirnya kami turun di Pantai Losari dan lari-lari kecil ke restoran terdekat untuk menikmati Es Pisang Ijo dan Es Pallubutung yang legendaris itu.

Say "hello" to Es Pisang Ijo! :9
Pukul 16.33 akhirnya hujan reda. Meskipun jalanan masih becek dan tergenang air, kami tetap nekat menuju Pantai Losari untuk foto-foto dengan latar tulisan "Pantai Losari" dan langit senja. Setelah matahari terbenam, kami lanjut foto-foto di tulisan "City of Makassar" dan berlatarkan mesjid berarsitektur indah yang dibangun di atas laut: Masjid Amirul Mukminin.





Dari situ kami kemudian jalan-jalan mencari toko souvenir karena aku, as always, ingin membeli beberapa oleh-oleh. Tak boleh lupa, kaos khas Makassar untuk properti foto-foto! ^^

Kali ini giliran Pisang Epe' dan Saraba' yang akan 'dibantai' :D
Karena lapar kembali menyerang, kami pun bermalam minggu dengan jajan pisang epe' dan saraba', minuman STMJ a la Makassar. Pisang epe'-nya maknyoss! Asal jangan salah pilih rasa, ya, readers. Bang Tommy cukup menyesal karena memilih rasa durian coklat. Hihi...


Dengan selesainya malam minggu di Makassar ini, selesai jugalah rangkaian trip Escape to Makassar kali ini :') Pesawat kembali ke Jakarta berangkat pukul 04.48 WITA dan tiba di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta Cengkareng pukul 05.41 WIB.


Sebelum kembali ke kosan masing-masing, kami bertiga (tanpa Kak Yola) sarapan dulu di Gambir. Tujuan utamanya sih bukan mengisi perut, tapi mau foto-foto dengan kaos bertulisan "Makassar" yang dibeli semalam, ahahahaa :D

Jalan-jalan berempat ke Makassar ini benar-benar moodbooster bagiku dalam menyusun Laporan PKL, ahhh... thanks a lot, kakak dan abang-abang!! :**


0 testimonial:

Post a Comment