December 12, 2013

Historical Bantiknese Stones: Batu Kuangang

Batu Kuangang adalah sebuah objek wisata berasal dari Suku Bantik (salah satu anak suku Minahasa) yang berukuran besar dengan permukaan datar, serta memiliki lubang-lubang di atasnya.

Menuju ke Batu Kuangang harus kita tempuh dengan kendaraan roda dua, saran saya sih menggunakan ojek yang ada di mulut jalan masuk Jalan Sea (Kelurahan Malalayang II), karena tidak ada angkot yang melewati daerah ini. Mau nekat jalan kaki? Silakan, dijamin varises akan langsung bermunculan meski Anda masih setengah perjalanan :p


Ojek akan mengantar kita sampai puncak suatu jalan menanjak. Di sebelah kiri ada tangga semen yang sudah berlumut dan ditutupi rumput liar. Di puncak tangga inilah kita akan menemukan objek wisata Batu Kuangang. Jangan heran jika menemukan objek wisata ini tidak terawat dengan baik :(


Kotor dan tidak terawat :(
Sebaiknya datang di siang hari ya, readers, karena menjelang malam hari lokasi ini sudah sepi dan gelap. Tidak heran banyak anak muda yang nekat menggunakan tempat ini untuk memadu kasih *ceileee*

Berhubung sepi, bisa sepuasnya foto-foto narsis :')
Selain menemui situs peninggalan sejarah ini, kita juga akan menemukan pemandangan spektakuler laut dan sebagian Kota Manado dari ketinggian. Siapkan kamera untuk mengabadikan keindahan ini! ;)

Kisah di balik Batu Kuangang? Berikut ini adalah hasil tulisan Pak Johan Mongisidi, seorang 'anak' Bantik asli yang berbaik hati menuliskan Hikayat Batu Kuangang untuk para pengunjungnya.

Hikayatnya: "Jopo Sumpabungang" dan "Jopo Lrimpodoi" adalah suami-isteri mempunyai dua orang anak, yang bernama Kondoi dan Jundoi. Keduanya adalah laki-laki.
Pekerjaan mereka adalah petani dan nelayan. Untuk perjalanan menuju ke kebun, terdengar anaknya yang bungsu. Maka istrinya berkata kepada suaminya kembali ke pondok (Bahasa Bantik: "Ke Gunggulang Ipopo"). Setibanya di pondok, ayahnya menenangkan Jundoi dengan mengatakan akan membuatkan mainan. Ada pun permainan yang dimaksud adalah membuat lubang diatas batu rata (Madempelre). Dengan kesaktiannya Jopo Sumpabungang bermohon kepada "Jopo Lramo Sang Pencipta" untuk membuat 17 buah lubang dengan menggunakan siku lengannya dan 17 buah butir batu bia (kerang) untuk permainan anaknya. Setelah selesai kedua orang tua pergi dan berpesan kepada Kondoi untuk menjaga adiknya baik-baik.

Pada tahun 1988, tim ahli purbakala yang dipimpin oleh Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan RI melakukan penelitian atas situs tersebut. Hasil rekomendasi penelitian dari kajian lapangan oleh Bpk. Drs. Lika Tjandarasasmita, Dir. Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Kepurbakalaan Dirjen Kebudayaan RI, menyimpulkan bahwa Batu Kuangang tersebut tercipta sekitar 2500 tahun yang lalu.

0 testimonial:

Post a Comment