July 14, 2016

Prologue - Turkey Trip

Erlin yakin mau ke Turki? Yakin?
Tidak sedikit kalimat bernada serupa yang hinggap di kuping, beberapa hari sebelum keberangkatanku ke Turki. Sejak peristiwa teror mulai bermunculan di Turki, lebih tepatnya di Ankara, kekhawatiran (disertai hestek #prayforTurkey) mulai bergaung di sekitarku. Tanpa kenal lelah, aku tetap menjawab, "Yakin." :)

ERLIN WAZ HERE! ;)

Keinginan pergi ke Turki bukan semata karena khilaf melihat tiket promo. Eh, 75%-nya memang hasil dari pola pikir kompulsif sih, hahaha. Turki akan menjadi negara besar pertama bagiku (dibanding Korea, Hong Kong, atau negara ASEAN lain.) Aku tidak hanya mengincar Istanbul, sang ibukota, tapi juga tiga wilayah lain: Kapadokya, Pammukale, dan Efesus. Kapadokya yang menawarkan pengalaman naik balon udara dengan pemandangan menakjubkan; Pammukale yang terkenal dengan travertines berwarna putih-biru memesona; dan Efesus, salah satu pasal Alkitab, yang menyimpan banyak situs bersejarah. Lalu sang juru kunci: Istanbul, kota penuh daya pikat yang terbagi ke dua benua, Asia dan Eropa... ah, terlalu banyak alasan bagiku untuk tidak melewatkan Turki begitu saja.

Salah satu bangunan cantik nan megah di antara pertokoan kawasan Fatih, Istanbul

Apakah aku gentar melihat peristiwa pemboman Bandara Ataturk tanggal 29 Juni lalu? Ya, tentu saja. Aku ini manusia biasa yang mengenal rasa takut kok; seminggu sebelum berangkat kuputuskan untuk membeli travel insurance AIG, just because. Aku pun kembali memastikan itinerary bahwa kami tidak lama berlama-lama di Istanbul, 2 hari saja cukup.

Honey, this brave lady beside us is going to Turkey!
Seorang Ibu di sampingku dalam penerbangan KL-Doha, spontan mengucapkan hal tadi kepada suaminya. Yes, I am brave; bukan karena aku tidak takut menghadapi teror pemboman di Turki. Aku yakin bom Turki itu tak ubahnya bom Sarinah di Jakarta, yang dilakukan karena ada kepentingan politik organisasi di baliknya. Bom yang dilakukan oknum yang ingin dilihat, ingin mencuri perhatian masyarakat, ingin namanya ramai dibicarakan. Bom Turki bukanlah kasus serupa perang suku/agama, atau ancaman Tsunami/Badai Katrina yang harus membuat nyali wisatawan ciut. Yes, I am brave; karena aku mampu mengalahkan semua ketakutan dan kekhawatiran di sekitarku, dan pulang dengan membuktikan: "God is always with me."

Pemandangan indah selat Bosphorus yang membagi Turki ke benua Asia dan Eropa

YEAY. Selesai deh cerita kesaksian menyambut si Turkey Trip. Maaf kalo kepanjangan yaa ^^ Yuk, lanjut ke kisah seru perjalananku menuju Istanbul. Pada posting sebelumnya aku sudah cerita kan kalau tiket promo 4,9 juta IDR-ku berawal dan berakhir di Malaysia? Nah, untuk mengakali rute ini, aku membeli penerbangan Bandung-Johor Bahru (tidak ada flight ke JHB dari Jakarta) seharga 299K IDR saja. Sekali lagi, berkat Bang Adi :)

Jumat, 1 Juli 2016
Perjalanan panjang Turkey Trip dimulai dengan naik Daytrans shuttle dari Atrium Senen ke Dipatiukur. Puji Tuhan, perjalanan hanya memakan waktu 4,5 jam; bukan 6 jam seperti perkiraan awal. Sebagai tempat bermalam, aku sudah memesan Pele Guesthouse dari situs Airbnb karena lokasinya yang strategis dari Dipatiukur maupun ke Bandara, juga... there's television inside the room! Hahaha... Kenapa TV penting? Karena aku salah melihat jadwal Euro Cup, Readers :p Kukira pagi ini adalah jadwal pertandingan Jerman vs Italia, ternyata lusa nanti :( Tidurku sangat nikmat malam itu. Membawa carrier 10 kg melelahkan juga ya walau sudah pakai jasa Gojek.

Kamar luas dan bersih di Pele Guesthouse

Sabtu, 2 Juli 2016
Tahu nggak, Readers, apa kehebatan bandara Husein Sastranegara (BDO) dibandingkan Soekarno Hatta? Moda transportasinya! Say goodbye to Damri seharga IDR 40K, karena kita bisa Gojekan ke BDO bermodalkan IDR 12K saja. Ya ampun, bahagia! Bahkan aku awalnya berencana naik angkot, lho.

Pertanyaan "Mau kemana, Mbak?" adalah pertanyaan yang paling ingin kuhindari setiap kali traveling abroad. Kenapa? Karena aku pasti harus menjawab "Malaysia" berhubung semua destinasiku diawali dengan transit di sana, dan imbasnya adalah... akan ada pertanyaan lanjutan: "Oh, udah lama Mbak kerja disana?" -____- Call me a skeptic, tapi pengalaman berkata bahwa di balik pertanyaan basa-basi itu pasti ada penghakiman: "Oalah, Mbak ini TKW toh. Pantez."

This happened to me on this trip. Twice. Pertama Aa' Gojek, kedua Bapak Petugas Imigrasi. Pengen jawab "Mau ke Turki, A'/Pak..." tapi nanti harus panjang-panjang lagi menjelaskan ada-tidaknya penerbangan Bandung-Turki. Duh. Yoweslah. Setidaknya muka saya masih Melayu, bukannya Suriah trus dikira pengantin komandan ISIS.

Kasur besar di SB Hotel
Sebenarnya aku tidak pernah mencari hotel saat transit di Malaysia, kecuali saat nge-trip dengan Mama. Namun kali ini, aku akan transit di Johor Bahru (JHB) yang tidak pernah kujejaki sebelumnya. Katanya sih ada McDonald's 24 jam di seberang bandara... tapi kok nggak acci kali nunggu hampir 12 jam di McD ya. Pilihanku jatuh pada SB Hotel di Skudai yang meski cukup jauh dari bandara namun merupakan hostel termurah yang bisa kutemukan di Booking.com. Untuk menuju hostel, aku menggunakan taksi dari pool bandara Senai seharga 33 RM.

Power Rangers United!

SB Hotel ini juga menjadi saksi bisu pertemuanku dengan dua peserta Turkey Trip: Ananda dan Aldo. Kurang dari 10 menit mereka tiba, rahangku nampaknya mulai mengalami dislokasi :)) Yah, bertemu dengan teman lama memang membahagiakan. Ananda dan Aldo ini adalah kawan seperjuangan di kampus STAN, namun terutama teman sepelayanan di IL Cantante Choir. Aldo, as you can found on this blog, sudah cukup sering jadi travelmate; tapi dengan Ananda, ini adalah perdana bagi kami nge-trip bareng. 

Minggu, 3 Juli 2016
Sebagian besar kisah pedih yang terjadi hari ini sudah kuceritakan di post sebelumnya ya ;)

Nonton Jerman vs Italia, streaming, ngintip HP orang lain, sambil nunggu antrian check-in di JHB

Setelah mengurus reschedule di counter Malaysia Airlines, aku memutuskan untuk menghabiskan sebagian besar waktu tunggu di bandara ini dengan: tidur. Ya, mengingat aku baru tidur 1 jam karena begadang menonton Jerman vs Italia, ini saat yang tepat untukku memejamkan mata. Tidak jauh dari counter MAS ada bangku panjang yang sepi dan jarang dilewati orang. Aku duduk nyender ke carrier, memakai kaus kaki wol untuk menahan dinginnya AC bandara, pakai masker mulut biar nggak malu-malu banget diliatin orang, dan akhirnya bisa jatuh tertidur...

Bangun-bangun, jam tangan sudah menunjukkan jam 3 sore. Pesawat ke Doha berangkat jam 8 malam, berarti aku harus masuk departure gate jam 6. Aku masih punya 3 jam untuk mencari makan siang dan MCK. Did I just say MCK? Wah, berasa zaman Pramuka siaga :p

Setelah makan Burger King lalu ke toilet untuk sikat gigi dan parfum-an, aku tergoda untuk menyambangi sebuah hutan buatan mini di dekat departure gate. Pernah merasa melihat hutan ini nggak, Readers? Aku tidur di kursi tepat sebelahnya, makanya jadi penasaran ketika samar-samar melihat ada air terjun di dalamnya. Aku pecinta air terjun! Nothing heals my broken heart better than seeing waterfall flows

Ternyata namanya "KLIA Jungle Boardwalk" :o

Teman-teman yang pernah membaca posting Instagram-ku pasti tahu bahwa ada something creepy happened to me before this Doha flight hahaha... Jadi, ceritanya... aku bertemu seorang pria asal Pakistan di luar gate menuju boarding room yang belum dibuka. Demi alasan no-SARA, aku akan menyebutnya "Creepy Guy" ya instead of using his country origin. Creepy Guy ini bepergian seorang diri dan nampaknya tidak sering ke bandara, jadi dia kebingungan mencari gate menuju pesawat. Melihat aku yang duduk dekat gate dan mau membalas salamnya (hanya ngangguk plus senyum manis doang, kok, suwer!), langsung lah dia mendekat dan bertanya tentang flight-nya. Ternyata dia juga menuju ke Doha alias satu pesawat denganku. Saat bersalaman, kurasakan keanehan pertama: dia sengaja menahan tangannya. Iyuh. Aku setengah mendesak menarik tanganku kembali. Beberapa kesempatan selanjutnya, dia melakukan hal yang sama saat mengajakku tos di sela-sela percakapan. Yang bikin ilfil lagi adalah gesturnya mencium jari tangan yang digunakan untuk salaman/tos denganku. Paham kan maksudku? Kayak cara becandanya Sule-Andre-Azis di acara lawak TV itu lho, setiap mereka bersentuhan dengan cewek cantik. Bedanya, hal itu terjadi tepat di depan mataku dan aku benar-benar jijik melihat tingkahnya.

Belum sempat kutemukan kesempatan kabur, dia keburu mengajak berfoto. Aduh. Baiklah. Sekali saja, Lin, kataku dalam hati, dan bikin fotonya blurry! Tanpa tedeng aling-aling si Creepy guy sigap duduk di sebelahku, tangannya melingkari pundak, dan pipinya menyender ke arahku. DHUARR! Untunglah dia bertemu aku setelah aku sukses menjalani Anger Management, kalau tidak bisa saja pipinya itu sudah kena cap 5 jari. Secepat mungkin kuakhiri sesi foto penuh modus itu, dan langsung meraih carrier-ku.

"Where are you going?" tanya si Creepy Guy posesif. "Yeah I need to use the toilet," buru-buru aku menjawab. Tiba-tiba dia ikut berdiri dan membereskan barang-barangnya, "Okay I'll go with you."

"NO!" kali ini kesabaranku hampir lewat batas. Lelaki ini juga kaget mengetahui aku bisa juga menyalak. "Just stay here. I'll be right back." Aku langsung melesat meninggalkannya. Jadi apakah aku balik lagi? Yakaleee~ I'm not that crazy. Di pojokan gate lain, aku langsung mengubah total gaya pakaianku. Mengganti sepatu putih dengan sendal jepit hitam, check. Melepas jaket hitam dan memakai baju putih, check. Mengikat rambut dan memakai topi, check. Sentuhan terakhir: pakai masker mulut. Terlihat seperti teroris atau orang pilek stadium akhir? Bodo amat! Being recognized by that Creepy Guy adalah hal yang paling aku hindari saat ini. Aku sembunyi-sembunyi berjalan menuju gate dan langsung duduk di pojokan waiting room, memastikan lelaki tadi tidak mengenaliku. Puji Tuhan aku selamat hingga tiba di Doha, jauh dari jangkauannya. Are you guys wondering if this guy handsome or not? Jawabannya ENGGAK.

Pesawat Airbus Qatar Airways

Menuju Istanbul aku akan menggunakan Qatar Airways yang adalah maskapai terbaik di dunia, sebelum akhirnya tergeser oleh Emirates. Aku langsung memahami alasannya. Their on board service benar-benar memuaskan. Hidangan yang disajikan untuk penerbangan 7 h 25 m pun begitu lengkap dan lezat, dimulai dari appetizer, main course, dessert, hingga snack yang datangnya berurutan sehingga tidak memenuhi tray. Pilihan hiburan on screen cukup lengkap, namun aku lebih memilih tidur ditemani alunan lagu dari 4 album Celine Dion. Mereka menyiapkan selimut, neck cushion, eyemask, kaos kaki wol, ear plug, hingga sikat gigi. Ruang untuk kaki cukup luas dan menunjang kenyamanan untuk tidur. Aku sungguh beruntung bisa mencicipi ini semua dengan modal tiket promo :') 


Salah satu spot foto favorit di Bandara Hamad, Doha

Tiba di Doha jam 11 malam, jetlag belum begitu terasa. Dari Kuala Lumpur yang berzona GMT+8 kini aku berada di zona waktu GMT+3. Pantas saja begitu log-in Path sudah tidak ada yang online, ternyata sudah jam 3 dini hari di Jakarta. Hal pertama yang aku lakukan di Doha adalah mencari tempat foto terbaik, hahaha. Niatnya sih mau selfie, tapi muka sudah kusam dan tak berbentuk lagi.

Setelah mengambil troli untuk carrier 10kg-ku yang kini terasa seperti 20kg, aku membasuh diri (ehem, ini aslinya cuma ngelap-ngelap pake tisu basah kok hahaha) dan memakai krim malam. Ciyeh. Perawatan wajah tetap harus jadi nomor satu dooong. Selesai bersih-bersih, aku lalu mengisi botol minum dengan drinkable tap water, suatu teknologi yang wajib dipuja oleh tiap insan manusia. Kapan Jakarta bisa menyediakan tap water begini yah? Aku cuma pernah menemukannya di Taman Ragunan, bukan di bandara. :( Kali ini aku tidur di ruangan sleeper chair yang jauh lebih nyaman dari posisi tidur di KLIA sebelumnya.

Markibo!

Senin, 4 Juli 2016
Jam 5 dini hari aku beranjak dari sleeper chair dan bersiap untuk menggenapkan separuh perjalanan lagi pada pukul 07.35 pagi; kali ini benar-benar menuju Turki. Yeay! Aku kembali terbang selama 4 h 45 m DOH-IST. Dibandingkan flight sebelumnya, servis Qatar Airways kali ini lebih sederhana dengan hanya satu menu makanan dan tanpa selimut/neck cushion. 

Bye, Doha!

Setibanya di Ataturk International Airport, Istanbul aku berencana untuk langsung berpindah ke bandara selanjutnya, Sabiha Gokcen, yang konon dapat dicapai dengan bus selama 4 jam perjalanan saja. Hal ini cukup meringankan beban budget, karena penerbangan ke Kapadokya lebih murah jika dimulai dari bandara Sabiha, bukan Ataturk.

Keluar dari arrival gate Ataturk jam 1 siang, aku langsung mencari Tourist Information untuk menanyakan letak bus Havatas yang akan mengantar ke Taksim Square. Bus seharga 11 TL ini hanya berhenti hingga Taksim Square, dimana aku lalu bisa melanjutkan ke Bandara Sabiha Gokcen (SAW) dengan bus Havatas lain seharga 14 TL.

Di bus shelter Ataturk inilah aku bertemu salah satu orang paling berkesan di Turkey Trip: Ayse. Nama Ayse adalah versi Turkish dari "Aisyah." Dia seorang Turkish asli yang baru pulang dari short course di Amerika Serikat sejak Januari lalu. Ayse akan kembali ke AS dua bulan lagi untuk melanjutkan kulaih master Pendidikan Matematika-nya. Cerita lebih lengkap tentang Ayse akan kubahas dalam suatu posting tersendiri ;)





Sepanjang perjalanan Ataturk ke Taksim Square kemudian berlanjut ke Sabiha Gokcen... aku benar-benar menikmati keindahan Istanbul. Suatu kota asing yang apik dan rapi, tidak sekali pun aku menemukan daerah kumuh, atau tempat pembuangan sampah yang kotor. Segalanya tertata begitu indah. Tidak heran juga sih mengingat Turki adalah salah satu anggota G20, negara-negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Meanwhile, di belahan lain Turki, dua pria paling kurindukan di muka bumi ini sedang menikmati hari pertamanya di Kapadokya :') Atilla, host kami di Kapadokya, sudah menunjukkan mahakarya masakannya. Hari itu dia juga akan mengajak para Couchsurfers di rumahnya untuk pesiar ke kota Goreme. Aaaah~ kangen, pengen gabung! :(


"From Cappadocia with love", judulnya :)

Perjalanan udara masih berlanjut nih, Readers. Sekarang aku akan terbang ke Kapadokya, tepatnya ke Bandara Kayseri (ASR) dengan waktu perjalanan 1,5 jam. Karena kasus delay di awal, aku harus merelakan tiket Atlasglobal-ku yang seharga Rp1,363,600 itu dan membeli tiket baru SAW-ASR Pegasus Flight 164 seharga Rp862.115. Aku sih udah kebal dengan kasus tiket hangus sejak dari Flores Trip bulan lalu :)

Bandara Sabiha Gokcen (SAW), Istanbul
Selesailah sudah waktu transitku di Istanbul. Terima kasih banyak, Ayse, sudah menemaniku selama hampir 6 jam, penuh dengan obrolan menyenangkan. Kamu sungguh wanita keren, it's such a blessing for me to meet you. Semoga bisa bertemu lagi di kesempatan berikutnya yaaa :) Cappadocia... here I come!


1 comment:

  1. 1.Husein sastranegara Int’l (BDO)
    2.Senai Int’l (JHB)
    3.Kuala lumpur (KUL)
    4.Hamad Int’l (DOH)
    5.Ataturk airport instanbul (IST)
    6.Kayseri airport (ASR)
    7.Adnan Menderes (ADB)
    8.Sabiha Gokcen (SAW)
    9.Changi Int’l (SIN)
    10.Soeta Int’l (CGK)

    ReplyDelete