November 19, 2016

Terpukau Ladyboy di Pattaya

Trip kali ini adalah satu bukti lagi betapa impulsif-nya jiwa traveler-ku. Hanya berkat informasi singkat "Erlin ada tiket promo nih ke Pattaya" dari sang suhu (Bang Adi.red), kuputuskan untuk kembali mengunjungi negeri indah Thailand, namun kali ini ke Pattaya, wilayah di selatan Bangkok yang terkenal dengan nightlife di tepi pantainya.




Bersama Mbak Ari Sulistyowati, officemate dan teman seperjalanan waktu Aceh Trip, aku mengumpulkan banyak kenangan manis dan foto-foto keceh (penting!) selama tiga hari di Pattaya: 4 s.d. 6 November 2016. Seberapa banyak pun komentar miring yang aku dengar/baca tentang kota ini, Pattaya sukses membuatku tersenyum gembira saat menelusuri setiap sudut tempat wisatanya. Pattaya memang bukan Bangkok dengan berbagai kuil dan candi indahnya, bukan juga Phuket dengan pemandangan pulau dan laut yang memikat, tapi Pattaya punya banyak sisi yang menarik untuk ditelusuri.

First dinner: seafood. Mbak Ari sang culinary explorer kaget ternyata porsi makanan di dalam nanas ini banyak juga!

Jadi... kemana saja kami selama 3H2M di Pattaya?

Ini higlight utama dari semua destinasi wisata di Pattaya. Yah at least, bagi kacamataku lho... Siapa tau kan readers sekalian lebih ke tipe beach-goers atau natourists yang lebih memilih pantai atau wisata alam.

Sanctuary of Truth (SoT) ini sudah 33 tahun mengalami konstruksi yang belum selesai hingga saat ini. Luar biasa. SoT digagas oleh seorang jutawan Thailand yang ingin membangun suatu tempat untuk mendalami dan memaknai kehidupan spiritual, yang dikisahkan lewat pahatan tokoh-tokoh kisah Ramayana dan Mahabaratha. (read more)

Memasuki SoT, kami harus mengenakan helm putih layaknya pekerja bangunan. Jangan khawatir, helm bisa dilepas kok selama tidak sedang berada di wilayah konstruksi. Spot foto terbaik tentu saja di bagian depan, dengan memamerkan indahnya konstruksi atap yang penuh relik menarik, ditambah langit biru yang semakin menambah keindahan hasil foto, voila! Jadilah kami menghabiskan 15 menit sendiri foto-foto di bagian luar ini. Beruntungnya datang pagi-pagi adalah tempat ini baru buka dan belum banyak turis yang datang. Kami bebas narsis tanpa gangguan!


Penampakan dari kejauhan


Selamat datang!

Selain helm, yang perlu dipakai sebelum memasuki tempat ini adalah kain panjang bagi yang menggunakan rok/celana pendek. Beda dengan di Candi Borobudur atau Prambanan, kain yang dipinjamkan secara gratis ini adalah untuk menutupi kaki yang terbuka. 'Mbak' penjaga stall kain bahkan membantuku melilitkan kain agar benar-benar menutupi. Tenang saja, readers, kita bisa memilih motif dan warna kok, biar cucok dengan outfit berfoto ;)


Curiga deh, jangan-jangan kainnya impor dari Bali... hahaha

Gunakan helm ya!

Kontras banget dengan latar gedung-gedung bertingkat

Menurut tour guide, kayu-kayu di SoT didatangkan langsung dari Indonesia dan Kamboja lho! Wowww. Semoga bukan illegal logging aja sih hehehe. Kayu-kayu jati yang menopang bangunan ini terlihat tua namun di saat yang bersamaan juga megah. Ada patung berukuran raksasa menghiasi pintu masuk, dinding, bahkan langit-langit SoT. Kepalaku capek juga mendongak untuk menikmati relief yang terukir di atas sana. Beberapa kali jepretan DSLR-ku gagal karena minimnya cahaya sangat menantang untuk merekam ukiran-ukiran indah itu, nah tambahan lagi alasan kenapa malam nanti aku butuh Counterpain hahaha.


Ikhlas leher jadi sengklek demi merekam keindahan ini

Serasa milik sendiri karena masih sepi pengunjung

Menapakkan kaki keluar dari SoT, kami memutuskan untuk singgah dulu ke kios depan bangunan untuk menikmati segelas Thai Tea dingin. Enyaaaakk~ tapi... nggak enak di kantong! Hahaha. Maklumlah harga makanan dan minuman pasti mengalami mark-up kalau berada di tempat wisata.



Pertama kali masuk entrance gate, aku langsung dibuat kecewa. Taman ini ternyata memiliki kebun binatang mini di bagian depannya! ARGH. Sejak mulai sering mengawal isu animal abuse, aku memutuskan untuk tidak akan pernah lagi mengunjungi tempat wisata dengan hewan sebagai atraksi. Dan tentunya aku meng-encourage semua pembaca blogku untuk melakukan hal yang sama. Tahukah kalian kalau bayi harimau yang terlihat jinak dan cantik itu harus menerima obat penenang bahkan bius setiap kali ada sesi foto dengan pengunjung kebun binatang? :(



Namun perasaan kesal itu akhirnya sedikit terobati melihat taman yang menarik di bagian dalam Nong Nooch. Diantara taman yang luas ini terdapat beberapa replika binatang yang dibangun dengan ukuran aslinya dan otomatis menjadi spot foto-foto kami berikutnya.



Sebenarnya salah banget jika mengunjungi taman satu ini di siang hari bolong yaitu saat matahari lagi demen-demennya nangkring di atas kepala. Aku dan Mbak Ari alhasil hanya mengeksplor area yang adem dan dinaungi kanopi atau pepohonan. Sebaiknya datang kesini di pagi hari atau sore hari jelang sunset ya.



Kebun yang disebut-sebut dalam buku "1001 Gardens You Must Visit Before Die" ini terkenal dengan keindahan taman dan kesenian tari/musik khas Thailand yang sering ditampilkan. Nah, agar puas menjelajahi tempat wisata seluas 700 acres ini, pengunjung sebaiknya menggunakan jasa shuttle seharga 100 B/orang yang akan membawa ke berbagai penjuru taman. Karena keterbatasan waktu, kami tidak jalan-jalan lebih jauh lagi mencicipi keindahan Nong Nooch seperti taman kaktus, teratai, kupu-kupu, nanas, bahkan ada stonehenge garden! Pokoknya nggak heran deh Nong Nooch ini digelari taman terindah di Asia Tenggara bahkan masuk menjadi Top 10 Most Beautiful Gardens in The World.



Dan sekali lagi ya readers... jangan menonton atraksi hewan, apalagi hewan buas seperti harimau/beruang. Jangan. Hewan-hewan itu tidak diciptakan Tuhan untuk jadi pemain sirkus, tontonan manusia untuk main bola, main musik, ataupun didandani aneh-aneh. They belong to nature. Terkurung dalam kerangkeng kebun binatang pun sebenarnya sangat tidak beradab, tapi ya... ada aja sih orang yang beralasan "Yah kan kebun binatang baik untuk melindungi mereka dari kepunahan kalau tinggal di hutan yang sering kebakaran..." Nah, kalau gitu biar gampang... jangan memperlakukan/mendukung tindakan apapun atas binatang, yang kita sendiri tidak mau diperlakukan demikian. Oh ya, ada another secret nih: hewan sirkus dilatih dengan metode reward and punishment, bayangkan berapa banyak sabetan/cambuk yang mereka terima setiap kali gagal dalam latihan, apalagi di panggung? :(
Please. Stop inventing in this cruel industry named "Animal Attractions"

Khao Ci Chan / Laser Buddha
Alih-alih menyebut "Laser Buddha", sebutkan nama "Khao Ci Chan" pada orang Thailand lokal. Kami soalnya menghabiskan 10-15 menit hanya untuk menjelaskan apa "Laser Buddha" yang ingin kami kunjungi. Beda dengan seluruh destinasi lain (kecuali pantai ya...), tempat wisata satu ini tidak perlu biaya masuk alias free entry! Gambar Buddha ini memiliki ketinggian 109 meter dan lebar 70 meter.



Konon menurut salah satu blog, ini adalah pahatan Buddha yang pada tahun 1996 diukir ke tembok batu dengan cara laser, makanya disebut "Laser Buddha". Tapi menurut beberapa orang juga, namanya "Laser Buddha" karena di malam hari ada pertunjukkan dengan sinar laser di tempat ini. Entah mana yang benar, yang penting masuk ke sini GRATIS! #teteup

Menurutku sih dari kejauhan ukiran ini terlihat seperti lilitan kabel/tali emas yang dibentuk menjadi gambar Buddha. Aku tidak melihat lebih dekat lagi karena saat itu panasnya mentari sudah maksimal sampai-sampai membidik viewfinder pun aku kesulitan karena banjir keringat.


Di sebelah Khao Ci Chan terdapat Silverlake Vineyard, suatu lokasi wisata berupa kebun anggur dilengkapi danau, taman, serta kincir angin khas negeri Belanda. Wih. Keren kayaknya ya? Tapi kami tidak tertarik, hehehe.


Lukdod Souvenir Shop
Jika normalnya kita dengan mudah menemukan pedagang penjual souvenir di setiap tempat wisata, tidak begitu dengan Pattaya. Sulit menemukan toko yang menjual kain bermotif khas Thailand atau sekadar gantungan kunci gajah. Nah, dengan pertolongan Google aku mencari kesana-sini dan menemukan Lukdod, salah satu pusat perbelanjaan oleh-oleh yang diminati wisatawan Pattaya,


Toko ini menjual hampir segalanya! Mulai dari ukiran kayu (ada workshop di depan toko), baju fashion teranyar, hingga pensil-pensil bermotif gajah yang pas untuk oleh-oleh anak SD. Lengkap deh. Tapi saking lengkapnya... kami bahkan bingung harus membeli apa untuk orang-orang terkasih di Jakarta, hahaha! Setelah 30 menit berpusing-pusing, kuputuskan membeli koleksi prangko bekas dan koin Thailand untuk kedua sahabat geng Barbi(e)tch.


Untuk diri sendiri yang punya koleksi miniatur landmark/maskot khas negeri tujuan


Melihat ladyboy (a.k.a banci) show adalah salah satu 'impian' yang pernah terpikirkan saat ke Thailand tahun lalu. Tapi karena jauhnya jarak Bangkok ke Pattaya, aku dan Kak Yola saat itu mengurungkan niat suci tersebut. Nah... kali ini kan benar-benar ke Pattaya, haram hukumnya kalau nggak nonton atraksi memukau para wanita transgender yang konon cantiknya menyaingi wanita tulen sejenis Nadine Chandrawinata dan Pevita Pearce! Satu hal yang perlu diingat, penonton tidak diizinkan memotret bahkan merekam pertunjukkan. Ada petugas yang berjaga untuk memberi peringatan laser dan menegur langsung.

Source: Instagram

Sambil menunggu show dimulai, kami jalan-jalan dulu melihat kawasan Chinatown yang terletak tidak jauh dari lokasi. Mbak Ari juga akhirnya menemukan toko yang menjual Thai Tea yang sepanjang hari diburunya. Wiiih~




Pattaya memiliki dua ladyboy show yang paling mendunia: Alcazar dan Tiffany's. Setelah sempat berpikir untuk menjajal keduanya, kami memutuskan untuk membeli tiket Tiffany's Show yang harganya cukup menguras kocek yaitu sekitar 650-1050 THB tergantung posisi tempat duduk. Kami? Tentu saja mengambil yang termurah! Hahaha. Readers silakan memilih kursi VIP jika ingin berinteraksi lebih dekat dengan para artis panggung. Bahkan seorang penonton pria yang duduk di kursi terdepan beruntung diajak maju ke atas panggung dan dicium seorang ladyboy lho! Alamak. Berkah atau apa nih?

Di situs resmi Tiffany's Show readers bisa melihat jenis-jenis performance yang ditampilkan. Pertunjukkan yang kami tonton antara lain Maharaja, I am What I am, One Man Woman, dan Pattaya. Durasi setiap pertunjukkan adalah 1,5 jam dan selalu on time, jadi pastikan sudah berada di lokasi 30 menit sebelum pertunjukkan pilihanmu dimulai yah.

Source: Instagram

Hal yang paling menarik yang kami alami di sini justru bukan pertunjukkannya, tapi kelakuan visitors lain! Hmmm, tanpa bermaksud untuk jadi orang yang rasis, tapi Bapak-Ibu berbahasa China yang mengantri di depan kami dan ternyata juga duduk di deretan belakang kami, sungguh teramat sangat ribut. Ya ampun. Mungkin hal yang normal sih kalau kita sedang jalan dengan teman-teman satu geng (anggaplah ber-10) dan kita pasti akan ribut mengobrol... tapi ya nggak in the middle of ongoing show juga keleus~ Sudah ribut, seorang ibu-ibu ini malah dengan santainya menjepret pertunjukkan! Dia bahkan tak acuh meski sudah di-laser oleh petugas. Please jangan ditiru ya, readers.

Source: Instagram

Menurutku pribadi Tiffany's Show sangat menarik dan memukau. Kecantikan (dan keseksian!) para ladyboy, kostum yang mewah dan meriah, tata rias yang sempurna (yang tidak akan pernah bisa kukuasai hahaha), dekorasi panggung yang megah dalam waktu yang sangat singkat... ah, indah banget. Namun, saat melirik ke kanan... eh Mbak Ari malah pulas tertidur! Hahaha! Ada yang kecapekan dan terbuai sejuknya AC ruangan gelap ini, readers. Kubiarkan Mbak Ari terlelap dan lanjut mengagumi tari-tarian di depan mataku. Hati ini juga tak henti berbisik:
"Tuhan, gimana caranya dapat body kayak begituuu..."
Di akhir pertunjukkan, penonton mendapat kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pujaannya di luar gedung pertunjukkan. Tidak gratis tapi, ya. Tip minimal 100B untuk berfoto dengan seorang ladyboy dan tentunya nominal yang lebih besar berlaku untuk foto dengan artis utamanya. Beberapa artis Tiffany's Show ini sudah mewakili Thailand di ajang ratu kecantikan ladyboy dunia lho!

Source: Instagram
Kalau mau tahu apa perbedaan Alcazar dengan Tiffany, monggo ke blog yang satu ini, beliau membahas tentang kedua pertunjukkan dengan sudut pandangnya pribadi. Lalu, silakan tentukan sendiri pilihanmu, readers!


Trip highlight kali ini terletak di awal (SoT.red) dan di akhir perjalanan! Mungkin karena aku memang penggila museum sih ya, jadi tempat terakhir ini menempati posisi favorit di hatiku. Bukan semata karena judulnya yang "Museum", readers, tapi juga karena isinya: Teddy Bear! Kyaaa~ Bayangin dong gimana rasanya memasuki museum dengan beruang-beruang imut bertebaran di mana-mana.



Untuk mengunjungi 'rumah beruang' ini kita dikenakan 500 THB (dan 300 THB untuk anak-anak), cukup mahal sih karena begitu dirupiahkan harganya hampir mencapai 200 ribu! Waduh. Padahal HTM Museum Angkut di Malang yang 'hanya' sebesar 100 ribu saja sudah kuanggap berlebihan, sampai-sampai belum pernah menginjakkan kaki ke sana hingga saat ini. Tapi namanya juga travel abroad, pasti ada aja alasan "...masa jauh-jauh terbang tapi nggak kesini (tempat wisata)..." *insert shy emoticon*





Tapi, readers, bener deh selama hampir dua jam mengitari museum, tidak sedetik pun senyum lepas dari wajahku. Bener-bener bahagia! Mulai dari pintu masuk hingga ke pintu keluar, kita akan terpukau melihat warna-warni dan lucunya boneka beruang imut ini. Ada yang tingginya seloteng, ada yang mini layaknya boneka biasa. Museum juga dibagi ke beberapa zona: dinosaurus, underwater, fairytale, music room, dan banyak lagi.

"Udah tau lah ya, mau ngajak anak kemana kalo nanti udah bisa diajak traveling," celetuk Mbak Ari. Widih. AMIIIIN! Walaupun calon papanya bahkan belum nemu, yang penting kita aminkan yang kenceng dulu yuk, readers. ;)

Mengantri toilet pun tidak terasa membosankan!


Ini bukan penistaan agama, kok, bukan! :)))
Lukisan "The Last Supper" versi super-cute!

Saran bagi readers yang ingin kesini, datanglah beberapa saat setelah jam buka 09.00 a.m atau sebelum jam tutup 22.00 (penjualan tiket terakhir 20.30), karena saat itu museum sepiiii~ dan kalian bisa memiliki seluruh museum untuk diri sendiri! Atau, datang di hari Sabtu atau Minggu karena jam 2, 3, atau 4 sore di Fairytale Zone ada pertunjukkan cover dance yang lucu oleh Capt. Teddy Bear and Friends. Pasti nggemesin yak.




Jadi... kata siapa Pattaya cuma mentok nightlife, go-go bar, cewek seksi, atau pantai kotor? Banyak yang bisa dikunjungi! Tapi... ya, siapkan kocek berlebih ya readers, soalnya tiket masuk setiap tempat wisata rata-rata 500 THB alias 200ribu rupiah. Belum lagi makan dan penginapan. Beda dengan Bangkok yang lebih 'minimalis'.

Terima kasih banyak, Mbak Ari, sudah menemani long weekend kali ini. Kemampuan fotografimu semakin meningkat lho! Aku jadi punya banyak stok untuk #latepost di Instagram nanti. Hahaha.

Juga untuk Bang Adi yang sudah meng-encourage untuk ambil kesempatan ke Pattaya ini, terima kasih banyaaak~! Padahal baru beberapa hari lalu aku ngomong "Kangen Thailand", eh bisa tercapai! Apalagi berangkatnya tepat saat peristiwa 411 yang bikin hati (si Mama) gelisah, aku jadi sibuk pesiar dan wisata daripada mantengin timeline medsos yang merah membara.

Lasly, thank you for stopping by, beloved readers. Nampaknya post kali ini akan jadi penutup blog-ku di tahun 2016 karena Pattaya juga menjadi trip terakhir. Selamat merencanakan perjalanan akhir tahunmu, kawan! Dan ingat...
Say no to animal abuse! #keukeuh

--- THE ITINERARY ---





0 testimonial:

Post a Comment